Bekerja dan mengandung

Sekarang aku baru benar2 bisa merasakan kekaguman pada setiap ibu yang bekerja, apalagi di saat kehamilan mereka. Harus kuakui, ini bukan perkara mudah.

Dimulai dari bangun tidur ditemani morning sick, apalagi jika mualnya berkelanjutan seharian, believe me..it’s hoooorribllleeee!! Apalagi kondisi emosional yang naik turun, menjaga agar bisa tetap ramah dengan setiap orang benar2 menguji kesabaran. Bawaannya jutek ajah gituh.

Dan cobaan sebenarnya barulah muncul saat si baby datang ke dunia ini, ibu bekerja harus rela tidak bertemu selama 10-12 jam dengan si kecil yang masih imut (karena wanita melahirkan hanya dapat cuti 3 bulan), harus rela menitipkan si kecil dengan neneknya atau baby sitter.

Membayangkan si kecil tumbuh besar di bawah asuhan orang selain kita, lalu melihat bahwa dia lebih akrab dengan orang itu ketimbang kita, huhuhu menyedihkan nggak siiih (I wanna be his number one love in the world, well okay… you can make me the 2nd after Allah sih). Udah gitu, pulang bekerja pun belum tentu kita bisa bercengkrama dengan si kecil, bisa jadi dia udah bobo atau mungkin kita terlalu lelah untuk bercanda setelah jor2an kerja.

Kontrak pekerjaanku yang ini akan berakhir nanti bulan Maret, mungkin aku akan beristirahat sampai masa persalinan. Tapi belum tahu juga nih apakah aku akan melanjutkan bekerja lagi atau malah nggak tega ninggalin si kecil??!! Sbnrnya sih gpp jadi full time mother, gw suka kok kerjaan rumah, but I need the money.. hohoho. Punya kantong sendiri di luar kantong suami itu secure ajah gituh, kalo aku butuh uang nggk perlu sungkan dan pusing gali nambal kantong utama (dr penghasilan suami).

Tinggalkan komentar